Sabtu, 08 Juni 2013

Riset Kualitatif Dalam Penelitian


 
A     Pengantar Riset Kualitatif
1                   
     1.  Philosophy riset kualitatif
Pada metode riset kualitatif, peneliti berupaya untuk mengidentifikasi aspek kualitatif (non numeris) fenomena yang dipelajari dari sudut pandang subjek guna menginterpretasikan seluruh fenomena.
Pendekatan riset kualitatif dikaitkan dengan ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, terutama di bidang sejarah dan filsafat. Penggunaan metode kualitatif untuk menyelidiki perilaku manusia seringkali dikaitkan dengan disiplin antropologi sosial.

      2       The nature of Qualitative Research
Riset kualitatif memiliki ciri pembeda yang berbeda dengan metode kuantitatif. Peneliti kuantitatif pada umumnya hanya melakukan sedikit kontak dengan subjek studi, peneliti kualitatif merupakan instrument pengumpulan data. Banyak peneliti kualitatif yang lebih memilih menghabiskan waktu dengan subjek studinya. Karena sifat riset kualitatif, peneliti akan mengumpulkan data di lingkungan tempat berlangsungnya aktivitas.  Karena banyaknya data yang akan dikumpulkan, peneliti kualitatif sering kali hanya brhadapan dengan beberapa anggota kelompok yang dipelajari. Hal ini memungkinkan peneliti untuk lebih berfokus pada subjek dan mengumpulkan informasi yang cukup banyak yang harus dianalisis dengan cermat.


      3     Tujuan dan riset kualitatif
Riset kualitatif adalah pendekatan induktif untuk menemukan atau mengembangkan pengetahuan. Riset ini memerlukan keterlibatan peneliti dalam mengidentifikasi  pengertian atau relevansi fenomena tertentu terhadap individu.
Tujuan penggunaan metodologi riset kualitatif dapat bervariasi. Hal ini dapat merupakan cara yang berguna, menghasilkan pengetahuan tentang area yang mendapat relative sedikit usaha riset. Metode ini juga berguna sewaktu dicurigai terjaadi bias dalam pengetahuan atau teori-teori saat ini, atau pertanyaan riset berhubungan dengan pemahaman dan penggambaran suatu fenomena (Field & Morse, 1985, Morse, 1991). Riset kualitatif mencoba untuk menggali/eksplorasi, menggambarkan atau mengembangkan pengetahuan bagaimana kenyataan dialami.

B.     Metodologi dalam Riset Kualitatif

      1     Metode phenomenology
Riset fenomenology didasarkan pada filsafat fenomenology yang mencoba untuk memahami respon seluruh manusia terhadapsuatu atau sejumlah situasi. Jika situasi ini dijadikan lingkungan riset, beberapa proses berikut ini harus dilakukan.
a   Seseorang harus menyampaikan suatu atau serangkaian pengalamannya kepada peneliti.
b      Peneliti tersebut berupaya menerjemahkan pengalaman yang disampaikan tersebut  ke dalam pemahaman pengalaman orang tersebut
c. Peneliti kemudian memecah pengalaman ini menjadi konsep mendasar yang menjadi tema pengalaman tersebut.
d    Peneliti kemudian menyampaikan pemahamannya kepada khalayak dalam bentuk tulisan sehingga khalayak ini menghubungkan pemahaman informasi ini dengan pengalaman yang lalu atau yang akan datang.
   
      2     Metode Grounded theory
Merupakan suatu strategi riset yang secara teoritis melandasi riset yang sedang dilakukan dengan memberikan teori dasar pada data yang dikumpulkan. Peneliti bidang ini menetapkan pertanyaan riset berdasarkan observasi terhadap cara manusia menyelesaikan masalah di lingkungan sosialnya. Peneliti bidang ini menggunakan metode pengembangan – teori induktif untuk mengembangkan teori saat dalam proses pengumpulan data. Ini berlawanan dengan metode pengembangan – teori deduktif yang menggunakan teori untuk melakukan pengumpulan dan analisis data.

      3     Metode ethnografi
Riset etnografi yang sering kali disebut sebagai observasi partisipan sudah sejak lama menjadi domain para antropologi kebudayaan. Riset seperti ini menuntut peneliti untuk hadir secara fisik di antara subjek-subjek selama fase pengumpulan data. Ahli etnografi berupaya untuk mendeskripsikan kebudayaan suatu kelompok melalui riset yang mendalam yang melibatkan observasi sistemik terhadap aktifitas, bahasa, dan kebiasaan kelompok. Observasi yang sistematik menuntut peneliti untuk berada cukup lama di lapangan untuk dapat mengkaji kelompok yang sedang diteliti secara mendalam. Observas sistematik bersifat metodik, yaitu strategi observasi yang didesain dengan cermat sebelum studi.

      4     Metode historical
Merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk merekonstruksi kondisi masa lampau  secara objektf, sistematik, dan akurat. Melalui penelitian ini, bukti-bukti dikumpulkan, dievaluasi, dianalisis, dan disintesiskan. Selanjutnya, dirumuskan kesimpulan, berdasarkan bukti-bukti itu. Adakalanya penelitian historis digunakan untuk menguji hipotesis tertentu. Misalnya, hipotesis mengenai dugaan adanya kesamaan antara sejarah prekembangan keperawatan dari satu Negara yang mengalami hegemoni penjajah yang sama. Contoh lain dari penelitian historis adalah studi tentang prosedur “diagnosis” dalam sist pengobatan secara tradisional dan relevansinya dengan kenyataan proses “diagnosis” saat ini. Penelitian historis biasanya mmperoleh data melalui catatan-catatan, artifak-artifak, atau laporan-laporan verbal. Hasil penelitian biasanya berupa narasi deskriptif  atau analisis terhadap peristiwa-peristiwa yang muncul pada rentang waktu lama atau cukup lama di masa lampau. Ada beberapa ciri dominan penelitian historis.
a     Adakalanya lebih bergantung pada data hasil observasi orang lain daripada hasil observasi sendiri.
b     Data penlitian diperoleh melalui observasi yang cermat, data yang ada harus objektif, otentik, dan diperoleh dari sumber data yang tepat pula.
c      Data yang diperoleh bersifat sistematik menurut urutan peristiwa dan bersifat tuntas.
d     Mensyaratkan data pokok dan data pelengkap. Data pokok atau data primer bersumber dari peneliti yang secara langsung melakukan obsevasi dan benar-benar menyaksikan kejadian yang ditulis di dalam laporan penelitian.
e     Diperlukan adanya kritik eksternal dan kritik internal. Kritik eksternal dilakukan dengan mengajukan pertnyaan “apakah dokumen itu realistic atau autentik?” . Kritik internal dilakukan dengan mengajukan pertanyaan “apakah data itu akurat atau relevan?”
Peneliti mengumpulkan data secara tuntas.

Langkah-langkah  umum penelitian historis adalah:
a     Mengidentifikasi dan merumuskan masalah
b     Mendefinisikan masalah dengan mengajukan pertanyaan: (1) apakah pendekatan ini paling cocok untuk masalah menjadi focus? (2) apakah peneliti akan dapat menemukan data yang diperlukan di dalam penelitian? (3) apakah penelitian itu nantinya akan melahirkan kesimpulan yang berguna?
c      Merumuskan tujuan pnelitian dan jika mungkin menusun hipotesis yang akan menjadi arah focus penelitian.
d     Mengumpulkan data, dengan membedakan data primer dan data sekunder.
e  Evaluasi atas data yang diperoleh dengan mengajukan kritik internal dan kritik = eksternal.
f       Menuangkan hasil penelitian ke dalam bentuk laporan

DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC

POPULASI DAN SAMPLE DALAM PENELITIAN




1.         Definisi Populasi dan Sample
Pelaksanaan suatu penelitian selalu berhadapan dengan objek yang diteliti atau yang diselidiki. Objek tersebut dapat berupa manusia, hewan, tumbuh tumbuhan, benda benda mati lainnya, serta peristiwa dan gejala yang terjadi didalam masyarakat atau didalam alam. Dalam melakukan penelitian, kadang kadang peneliti melakukannya pada seluruh objek., tetapi sering juga peneliti hanya mengambil sebagian saja dari seluruh objek tersebut. Meskipun peneliti hanya mengambil dari sebagian objek yang diteliti, tetapi hasilnya dapat mewakili atau mencakup seluruh objek yang diteliti.
Keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti tersebut adalah populasi penelitian, sedangkan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ini disebut “sample” penelitian. Dalam mengambil sample penelitian ini digunakan cara atau tekhnik tekhnik tertentu, sehingga sample tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya. Tekhnik ini biasanya disebut metoda sampling atau tekhnik sampling. Didalam penelitian survey teknik sampling ini sangat penting dan perlu diperhitungkan masak masak. Sebab teknik pengambilan sample yang tidak baik akan memengaruhi validitas hasil penelitian tersebut.

2.         Kegunaan Sample
Kegunaan sampling di dalam penelitian antara lain:
a.          Menghemat Biaya
b.          Mempercepat Pelaksanaan Penelitian
c.          Menghemat Tenaga
d.          Memperluas Ruang Lingkup Pekerjaan
e.          Memperoleh Hasil yang Lebih Akurat
f.           Lebih Murah
g.          Mewakili Populasi
h.          Lebih Spesifik

3.         Hubungan Populasi dan Sample
            Sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Kemampuan peneliti dalam memilih dan menyeleksi sampel sangat menentukan validitas eekternal suatu penelitian. Validitas eksternal berhubungan dengan kemampuan suatu hasil penelitian untuk diterapkan pada populasi targetnya. Kesalahan dalam penentuan sampel menyebabkan rendahnya validitas eksternal penelitian tersebut, seingga sulit untuk diterapkan pada populasi.

4.         Prosedur Pengambilan Sample
Langkah – langkah yang perlu ditempuh  dalam pengambilan sampel dari populasi antara lain:
1.  Menentukan tujuan penelitian
2.  Menentukan populasi penelitian
3.  Menentukan jenis data yang diperlukan.
4.  Menentukan teknik sampling
5.  Menentukan besarnya sampel
6.  Menentukan unit sampel yang diperlukan
7.  Memilih sampel
       
5.         Metode Sampling
            Metode sampling adalah suatu cara yang ditetapkan peneliti untuk menentukan atau memilih sejumlah sample dari populasinya. Metode sampling digunakan agar hasil penelitian yang dilakukan pada sample dapat mewakili populasinya. Metode ini sangat ditentukan oleh jenis penelitian, desain penelitian dan kondisi populasi dimana target sample berada.
Terdapat 2 metode dalam pengambilan sample secara umum yaitu pengambilan sample acak (random) atau disebut juga probability sampling dan pengambilan sample secara tidak acak (non random) atau disebut juga non probability sampling.

6.         Penentuan Besarnya Sample ( Sample Size )
            Menetapkan besarnya atau jumlah sampel suatu penelitian tergantung pada dua hal yaitu: pertama, adanya sumber-sumber yang dapat digunakan untuk menentukan batas maksimal dari besarnya sampel. Kedua, kebutuhan dari rencana analisis yang menentukan batas minimal dari besarnya sampel.
Beberapa hal yang perlu dipahami dalam perhitungan jumlah sampel adalah :
1.      Kesalahan tipe 1
         Nilai α yaitu probabiltas menolak hipotesis null (Ho) yang seharusnya pada populasi hipotesis null diterima. Nilai α yang biasanya ditetapkan oleh peneliti adalah 0.05 untuk 2 sisi (2 sided)
2.      Kesalahan tipe 2
         Nilai β yaitu probabilitas menerima hipotesis null yang seharusnya pada populasi hipotesis null ditolak. Nilai β yang biasanya ditetapkan oleh peneliti adalah 0.20 atau 0.10. nilai β menentukan power of the test sebesar 80%, maka nilai β adalah sebesar 1.00 – 0.80 = 0.20
3.      Pengetahuan tentang karakteristik statistic dari kelompok control seperti proporsi atau nilai mean yag didapat dari literature, pendapat pakar, pengalaman peneliti secara empiris atau pilot study pada kelompok responden.
4.      Effect size
         Effect size adalah perbedaan nilai variable dependen yang diharapkan (bermakna secara klinik) antara kelompok eksperimen dan kelompok control. Penentuan besarnya effect size didasarkan pada keputusan klinik yang dianggap bermakna antara kelompok eksperimen dan kelompok control. Jika terdapat lebih dari satu variable dependen pada suatu penelitian, maka besar effect size ditentukan berdasarkan variable dependen utama.



DAFTAR PUSTAKA

Notoatjmodjo.Soekidjo.2010.Metodelogi Penelitian Kesehatan.Pt.Rineka Cipta. Jakarta